Jaman Penjajahan
1. Portugis (1511-1526)
Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku
Ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfanso d’Albuquerqueini berhasil menaklukan Malaka pada tahun 1511.
Dominasi perdagangan orang Portugis di wilayah Nusantara tidak berlangsung lama.
Portugis mengalami kekurangan bahan makanan, dana, dan sumber daya manusia.
Kedudukan Portugis di Nusantara juga semakin goyah akibat terjadinya pertikaian
dengan berbagai kesultanan setempat.
Pertikaian tersebut terjadi akibat perebutan pengaruh dalam bidang ekonomi, politik, maupun agama. Dalam perseteruan itu, pusat kekuasaan Portugis di Malaka sering mendapatkan serangan dari sejumlah kerajaan muslim di sekitarnya, seperti Aceh, Johor, dan Demak. Akibatnya, kota yang pernah menjadi bandar perdagangan yang ramai itu menjadi sepi sehingga orang Portugis pun merugi.
Selain Malaka rakyat Maluku juga bertindak. Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
- Perlawanan Rakyat terhadap Portugis
- Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa diantaranya di Amurang dan Kema.
- Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Usaha perlawanan kolonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.
- Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena
Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.
- Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
2. Spanyol (1521 – 1646)
1521 Spanyol memulai jajahannya di Sulawesi utara
1526 Perjanjian Saragosa ; Spanyol meninggalkan Tidore
1560 Spanyol mendirikan pos di manado
1617 Gerakan perlawanan rakyat minahasa di Sulawesi
utara untuk mengusir kolonial spanyol.
1646 Spanyol diusir dari Minahasa dan Sulawesi utara.
Tahun selanjutnya spanyol masih mencoba memengaruhi
kerajaan sekitar untuk merebut kembali minahasa
tetapi gagal,terakhir dengan mendukung Bolaang
Mongondow yang berakhir tahun 1692
Bangsa spanyol masuk ke Filipina melalui Ferdinand Magellan.
Bangsa spanyol berhasil mencapai kepulauan Maluku pada 8 November 1521
dibawah pimpinan kapten Sebastian del Cano. Setelah itu bangsa para pelaut-pelaut spanyol berlabuh ke Tidore dan kedatangan pelaut tersebut disambut baik oleh kesultanan Tidore. Sambutan tersebut tentu beralasan karena kesultanan Tidore terlibat persaingan ekonomi dalam perdagangan rempah-rempah dan membutuhkan sekutu untuk mengimbangi Ternate yang sudah terlebih dahulu bersekutu dengan bangsa portugis.
Namun portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidak mau disaingi sesama bangsa eropa yang dianggap mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun 1526 yang menyebabkan spanyol harus meninggalkan Tidore. Tujuan kedatangan bangsa spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa portugis, yaitu :
- Mencari kekayaan
- Menyebarkan agama nasrani
- Mencari daerah jajahan
- Hubungan spanyol dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter
ekonomi bermula di uwuran (sekarang kota amurang). Gudang kopi
manado dan minahasa menjadi penting bagi spanyol karena kesuburan tanahnya dan digunakan spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari amerika-selatan untuk dipasarkan ke daratan cina.
- Spanyol memulai kolonisasi di Sulawesi utara 1560 spanyol mendirikan pos di manado.
- Minahasa memegang peranan sebagai lumbung beras bagi spanyol ketika melakukan usaha penguasaan total terhadap Filipina. Pada tahun 1550 spanyol telah mendirikan benteng di Wenang dengan cara menipu kepala Walak Lolong Lasut menggunakan kulit sapi dari benggala India yang dibawa portugis ke minahasa. Tanah seluas kulit sapi yang dimaksud spanyol adalah tanah seluas tali yang dibuat dari kulit sapi itu. Spanyol kemudian menggunakan orang Mongodouw untuk menduduki benteng portugis di Amurang pada tahun 1550-an sehingga akhirnya spanyol dapat menduduki minahasa dan Dotu Kepala Walak (kepala negara) Lolong Lasut punya anak buah Tonaas Wuri’ Muda.
v Perlawanan minahasa melawan spanyol
Minahasa berperang dengan spanyol dimulai tahun 1617 dan berakhir tahun 1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap orang-orang minahasa,terutama dalam hal perdagangan beras sebagai komoditi utama waktu itu. Akhir dari perang itu adalah kekalahan total spanyol sehingga berhasil diusir oleh para waranei (ksatria-ksatria minahasa)
v Dampak spanyol bagi ekonomi Indonesia utara
Diplomasi para pemimpin pemerintahan Walak mendekati belanda berhasil mengusir spanyol. Namun konsekuensinya adalah rintisan jalur niaga laut di pasifik hasil rintisan spanyol sejak abad ke-17 terhenti dan memengaruhi perekonomian Sulawesi utara. Sejak itupun pelabuhan manado menjadi sepi dan tidak berkembang yang memengaruhi pengembangan kawasan Indonesia bagian timur hingga pasifik barat daya.
Pelabuhan manado hanya menjadi persinggahan jalur niaga dari selatan ke asia timur melalui lintasan selat Makassar. Akibatnya kegiatan hubungan ekonomi di seputar laut Sulawesi dengan dunia luar terlantar,karena penyaluran semua komoditi diseluruh gugusan nusantara diatur oleh Batavia yang mengendalikan semua jaringan tata niaga dibawah kebuijakan satu pintu yang membawa derita berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk pedalaman minahasa.
3. Inggris ( 1811 - 1861 )
Dalam masa penjajahan Inggris tercatat sejarah yang berkisar sekitar 5 tahun, dimulai dari tahun 1811 - 1861, Indonesia terpuruk.
Inggris memiliki kekuasaan dan kontrol akan Indonesia. Masa penjajahan Inggris memang terbilang relatif singkat, karena setelah Inggris, Belanda menjajah Indonesia dengan sekuat tenaga dan waktu yang lama.
Berikut adalah garis kronologis (timeline) dari keseluruhan relasi Inggris dengan Indonesia :
1511
· Pedagang Eropa (terutama Inggris dan Belanda) mulai ramai melakukan pelayaran
menyusuri pantai Barat Sumatera dari Aceh.
1579
· F. Drake singgah di Ternate.
1602
· Armada Inggris tiba di Banten dan mendirikan loji (semacam benteng pertahanan
kecil)
1613
· Inggris mengadakan perdagangan dengan Kerajaan Gowa
(Makassar)
1614
· Inggris mendirikan loji di Batavia (Jakarta)
1685
· Inggris masuk ke Bengkulu (24/06)
1695
· Perjanjian Inggris-Bengkulu (16/08)
1718
· Dibangunnya Benteng Marlborough (Fort Marlborough) oleh Inggris di Bengkulu.
1719
· Pemberontakan oleh rakyat Bengkulu yang dipimpin oleh Sultan Mansyur dan Sultan
Sulaiman membuat Inggris meninggalkan Bengkulu.
1724
· Inggris kembali ke Bengkulu dengan perjanjian. (17/04)
1811
· Inggris masuk dan menguasai Jawa.
· Inggris membebaskan Pangeran Notokusumo yang ditawan Belanda.
· Kapitulasi Tuntang (18/09)
Ditandatangani oleh S. Auchmuty (Inggris) dan Janssens (Belanda). Isi perjanjian:
• Seluruh Jawa dan sekitarnya diberikan kepada Inggris.
• Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
• Pegawai Belanda dapat tetap memegang jabatannya apabila mau bekerjasama dengan Inggris.
• Hutang Belanda terdahulu bukan tanggung jawab Inggris.
• Dimulainya pemerintahan yang dipimpin Thomas S. Raffles
• Terjadinya persengketan dengan orang-orang pribumi di Palembang1812
· Terjadinya persengketaan dengan orang-orang pribumi di Yogyakarta.1814
· Convention of London (Konvensi London. Ditandatangani oleh John Fendall (Inggris) dan Van der Cappelen (Belanda)
Isi perjanjian:
a.Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
b.Jajahan Belanda (Sailan, Kaap Koloni, Guyana) tetap di tangan Inggris.
c.Cochin (Pantai Malabar) diambil alih Inggris, dan Bangka diserahkan kepada Belanda.
1816
· Inggris menyerahkan kekuasaan kepada Belanda. (19/08)
1824
· Traktaat London (Perjanjian London) (17/03)
Isi perjanjian:
a. Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda.
b. Belanda menyerahkan Singapura kepada Inggris.
1904
· Inggris mengadakan perdagangan dengan Banda dan Ambon.
1909
· Inggris mendirikan pos di Sukadana, Kalimantan
1945
· Inggris mendarat di Surabaya (09/11)
· Indonesia bertahan atas serangan Inggris, pertempuran terjadi selama tiga
minggu. Kemudian hari ini dijadikan hari pahlawan (10/11)
1946
· Tentara terakhir Inggris meninggalkan Indonesia
4. Belanda (1596 – 1942)
Belanda datang ke Indonesia pada 1596. Kapal mereka mendarat di Banten. Mereka datang di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Tujuan Belanda datang ke Indonesia untuk menguasai perdagangan rempah-rempah
Untuk memperkuat kedudukannya, pada 20 Maret 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang yang disebut VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) yang berarti Perserikatan Dagang Hindia Timur di Batavia. Untuk memajukan usahanya VOC diberi beberapa hak khusus disebut Octroi dari pemerintah Belanda, yaitu:
• Hak melakukan monopoli perdagangan di daerah yang ditempati.
• Membentuk tentara sendiri, mengangkat pegawai, dan membentuk pengadilan.
• Melakukan perjanjian politik dan ekonomi dengan kerajaan-kerajaan, serta melakukan perang atau damai dengan bangsa/suatu kerajaan lain.
• Hak mencetak mata uang sendiri.
Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both. Kemudian diganti Jan Pieterszoon Coen. Di bawah kepemimpinan JP Coen, VOC mengalami kemajuan pesat. Ia mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia. Batavia kemudian dijadikan pusat pemerintahan dan kegiatan VOC.
Mula-mula kegiatan VOC hanya berdagang. Akan tetapi, lama-kelamaan VOC berusaha menguasai perdagangan (monopoli). Di Maluku VOC melakukan Pelayaran Hongi (patroli laut) untuk mengawasi rakyat Maluku agar tidak menjual rempah-rempah mereka kepada pedagang lain. Pusat-pusat perdagangan yang di-kuasai VOC adalah Ambon, Jayakarta, dan Banda.
Setelah perdagangannya maju, VOC mulai melakukan penjajahan. Mereka memecah belah kekuatan rakyat dengan mengadu domba. Siasat ini disebut ”devide et impera”.
Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. Dan pada tanggal 1 Januari 1800, kekuasaan VOC di Indonesia digantikan langsung oleh pemerintah Kerajaan Belanda. VOC dibubarkan karena sebab-sebab berikut ini.
1. Pejabat-pejabat VOC melakukan korupsi dan hidup mewah.
2. VOC menanggung biaya perang yang sangat besar.
3. Kalah bersaing dengan pedagang Inggris dan Prancis.
4. Para pegawai VOC melakukan perdagangan gelap.
Pada 31 Desember 1799 pemerintah Belanda mengambil alih kekuasaan di Indonesia.
Pada 1806, Napoleon Bonaparte (Kaisar Perancis) berhasil menaklukkan Belanda.
Napoleon kemudian mengubah bentuk negara Belanda dari republik menjadi kerajaan. Napoleon mengutus Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal ke Indonesia.
u Kerja Paksa (Rodi)
Pada saat VOC dibubarkan, Belanda sedang bermusuhan dengan Inggris. Untuk mempertahankan kekuasaan Belanda di Pulau Jawa, Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan Kerja Rodi pada pembuatan jalan raya. Jalan raya ini dibuat dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur).
Kekejaman Gubernur Jenderal Daendels terhadap rakyat Indonesia diketahui oleh Napoleon. Pada 1811, Daendels dipanggil ke Belanda. Ia digantikan oleh Gubernur Jendral Jansens. Akan tetapi, Jansens kurang cakap dalam melaksanakan tugasnya.
Pada 1811 Inggris berhasil mengalahkan Belanda di daerah Tuntang dekat Salatiga, Jawa Tengah. Sejak itulah kedudukan Belanda di Indonesia digantikan oleh Inggris.
u Tanam Paksa (Cultuur Stelsel)
Belanda datang lagi ke Indonesia dengan menunjuk Van der Capellen sebagai gubernur jenderal.
Pada 1830, Van der Capellen digantikan oleh Van den Bosch. Ia diberi tugas untuk mengisi keuangan
Belanda yang kosong. Untuk memenuhi tugasnya Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa atau Cultuur Stelsel. Dalam melaksanakan tugasnya Belanda membuat peraturan-peraturan pokok tanam paksa sebagai berikut :
• Rakyat harus menanami 1/5 dari tanah yang dimilikinya dengan tanaman ekspor seperti kopi, tebu, teh, dan tembakau.
• Hasil tanaman harus dijual kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah.
• Tanah yang ditanami tanaman ekspor tersebut bebas dari pajak tanah.
• Kaum petani tidak boleh disuruh bekerja lebih keras daripada bekerja untuk tanaman padinya.
• Rakyat yang tidak memiliki tanah dikenakan kerja rodi selama 65 hari setiap tahun di tanah milik pemerintah.
• Kerusakan tanaman menjadi tanggungan pemerintah, apabila kerusakan itu bukan karena kesalahan rakyat.
Pihak Belanda bertindak sewenang-wenang dalam mengeruk hasil bumi. Bahkan dalam pelaksanaannya lebih berat dari peraturan yang telah dibuat. Rakyat harus menanami 1/4, 1/3, atau setengah dari tanah yang dimilik untuk ditanami tanaman tertentu. Hasilnya harus disetorkan kepada Belanda.
Penjajahan Belanda terhadap Indonesia benar-benar berakhir saat
Pemerintah Jepang melakukan penyerangan.
Tanggal 27 Februari 1942 tentara Jepang berhasil mengalahkan armada gabungan dari Negara Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia.Kemudian, di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, tentara Jepang mulai menginjakkan kaki ke Pulau Jawa.
Di sana Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan menyerang Belanda apabila tidak segera menyerah. Pada akhirnya setelah mengalami kekalahan terus menerus dari pihak Jepang, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer sebagai Jenderal Hindia Belanda menyerah dan dan ditangkap.
Hal ini menjadi tanda dimulainya masa penjajahan Jepang di Indonesia sekaligus berakhirnya sejarah penjajahan Belanda di Indonesia.
5. Jepang (1942 – 1945)
Tanggal 11 Maret 1942, Jepang mendarat di Indonesia dan menguasai dataran Tarakan,Balikpapan,Samarinda,Palembang,Pontianak,Banjarmasin, Makasar, Minahasa, Bali, dan Ambon. Tujuan penguasaan mengepung kekuatan Belanda
Latar belakang Pendudukan Jepang di Indonesia
§ Perubahan besar-besaran pada masa Tenno Meiji, Jepang berubah menjadi negara imperialis.
§ Imperialis Hakko-ichi-u, jepang bermaksud menjadikan Asia sebagai kesatuan wilayah dibawah pimpinan Jepang.
§ Indonesia dijadikan sebagai sumber bahan mentah.
§ Sentimen terhadap imperialisme Barat di kawasan Asia memicu jepang untuk segera menduduki Indonesia yg dikuasai Belanda.
Masuknya Jepang ke Indonesia
v Perang Asia Timur Raya
o Serangan Jepang terhadap pangkalan AS di Pearl Harbour Hawai (8 September 1941).
o Jepang menguasai Asia Tenggara termasuk Indonesia.
v Belanda menyerah kepada Jepang
o Kalijati Subang jabar (8 Maret 1942)
o Pernyataan menyerah (Hitoshi Immamora dan Letjen Ter Poorten)
Dampak pendudukan Jepang di Indonesia
• Keuntungan:
- Kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menjadi birokrat.
- Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
- Status sosial pribumi mengalami kenaikan.
- Adanya kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan atau bersekolah.
- Dengan berdirinya PETA, para pemuda dapat memperoleh pendidikan militer dan penanaman jiwa nasionalis
• Kerugian :
1. Semua organisasi politik dilarang untuk beraktivitas.
2. Kesengsaraan rakyat karena adanya Romusha.
3. Kontrol media cetak dan elektronik yang kuat.
4. Alam Indonesia diekspoitasi secara besar-besaran.
5. Banyak para pejuang yang dihukum mati.
6. Pemerintahan Jepang yang kejam karena berbau fascis (adanya polisi militer yang kejam).
7. Banyak wanita Indonesia yang dijadikan Iugun Ianfu.
Masa-Masa Akhir Penjajahan Jepang
Pada tanggal 6 Agustus 1945, pasukan perang Amerika Serikat menjatuhkan 2 bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Hal ini membuat Jepang kemudian menyerah kepada sekutu. Momen ini kemudian dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Perjuangan terakhir rakyat untuk merdeka ini akhirnya menjadi bagian penutup sejarah penjajahan Jepang di Indonesia
6. Perlawanan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah
- Perjuangan sebelum abad ke 20
Penjajahan eropa yang memusnahkan kemakmuran bangsa indonesia itu tidak dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa indonesia. Sejak semula, imprialis itu menjejakkan kakinya di indonesia, di mana-mana bangsa indonesia melawannya dengan semangat patriotik melalui perlawanan secara fisik. Kita mengenal nama-nama pahlawan bangsa yang berjuang dengan gigih melawan penjajah. Pada abad ke-XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajahan digerakkan oleh Sultan Agung (Mataram 1645), Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa di banten (1650), Hasanuddin di makassar 1660), Iskandar Muda di aceh (1635), untung Surapati dan Trunojoyo da jawa timur (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680), dan lain-lain. Pada permulaan abad ke- XIX penjajah belanda mengubah sistem kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang partikelir yang bernama VOC beganti dengan badan pemerintahan resmi, yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Semula pernah terjadi pergeseran pemertintahan penjajahan dari Hindia Belanda kepada Inggris, tetapi tidak berjalan lama dan segera kembali kepada belanda lagi. Dalam usaha memperkuat kolonialismenya, belanda menghadapi perlawanan bangsa indonesia yang dipimpin oleh Patimura (1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822—1837), Diponegoro di mataram (1825-1830), Badaruddin di Palembang (1817), Pangeran Antasari di Kalimantan (1860), Jelantik di bali (1850), Anang Agung made di Lombok (1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya’Din di aceh (1873-1904), Si Singamangaraja di batak (1900).
- Kebangkitan Nasional 1908
Pada permulaan abad ke-XX bangsa indonesia mengubah cara-caranya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang tidak adanya koordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin indonesia abad ke-XX itu untuk mengubah bentuk perlawanan yang lain. Bentuk perlawanan itu ialah dengan membangkitkan kesadaran bangsa indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan berbagai macam organisasi politik di samping organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial. Organisasi sebagai pelopor pertama adalah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Mereka yang tergabung dalam organisasi itu mulai merintis jalan baru ke arah tercapainya cita-cita perjuangan bangsa indonesia, tokohnya yang terkenal adalah dr. Wahidin Sudirohusodo. Kemudian bermunculan organisasi pergerakan lain , yaitu Sarikat Dagang Islam (1909), kemudian berubah bentuknya menjadi pergerakan politik dengan mengganti nama menjadi Sarikat Islam (1911) di bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto. Berikutnya muncul pula Indische Parti (1913) dengan pimpinan Douwes Deker, Ciptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Namun karena terlalu radikal, pemimpinnya dibuang keluar negeri (1913). Akan tetapi, perjuangan tidak kendur karena kemudian berdiri Partai Nasional Indonesia (1927) yang dipelopori oleh Soekarno dan kawan-kawan.
- Sumpah Pemuda 1928
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peristiwa sejarah perjuangan bangsa indonesia mencapai cita-citanya. Pemuda-pemuda indonesia yang di pelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto, dan lain-lain mengumandangkan sumpah pemuda yang berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air, dan Bahasa satu, yaitu indonesia. Melalui sumpah pemuda ini, makin tegaslah apa yang diinginkan oleh bangsa indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa. Oleh karena itu, diperlukan adanya persatuan sebagai suatu bangsa yang merupakan syarat mutlak. Sebagai tali pengikat persatuan itu adalah bangsa indonesia. Sebagai realisasi perjuangan bangsa, pada tahun 1930 berdirilah Partai Indonesia yang disingkat Partindo (1931) sebagai pengganti PNI yang dibubarkan. Kemudain golongan demokrat yang terdiri atas Moh. Hatta dan Sultan Syahrir mendirikan PNI baru, dengan semboyan kemerdekaan indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.